Friday, March 13, 2009

The Next Generation?

Indonesia pernah memiliki Ellyas Pical (Bantam, Former WBA & IBF Champ)

Kini Indonesia memiliki Chris John (Featherweight, WBA Champ).

Lalu apakah Daud Jordan akan bisa mengikuti kesuksesan 2 pendahulunya tersebut menjadi juara dunia olahraga tinju?

Jujur, saya sebelumnya belum pernah mendengar nama Daud Jordan ini kalau Papa Dee tidak selalu mendengung2kan namanya kala kami duduk bersama membahas soal dunia tinju. lalu saya pun iseng2 mencari informasi. Petinju kelahiran Ketapang, Kalimantan Barat tahun 1987 ini mempunyai rekor bertanding yang menakjubkan, belum pernah terkalahkan dari 23 pertandingan, di mana 17 diantaranya dimenangkan secara KO.

Tahun lalu, petinju yang masuk di kelas bulu ini berhasil mendapatkan kontrak 5 tahun dari The Golden Boy Promotion yang dimiliki oleh Oscar De La Hoya. Dan pada September 2008 ia berkesempatan untuk mencicipi manisnya kemenangan angka di Amerika Serikat (wow, mendahului Chris John) saat melawan petinju Mexico, Antonio Meza.

Dengan langkah yang mantap, Maret 2009 ini Daud mengikuti pertandingan untuk memperebutkan gelar NABO melawan Robert "the ghost" Guerrero. Sayang karena benturan di kepala yang merobek kelopak mata Guerrero, pertandingan pun dihentikan dengan hasil draw (no decision to be more exact). Padahal rencananya, pemenenang dari pertandingan ini akan dipromosikan untuk memperebutkan gelar WBO.

Oke, mungkin belum saatnya buat Daud, tapi tunggu dulu... Hey, ternyata De La Hoya terkesan dengan penampilan 2 ronde Daud Jordan saat membuat Guerrero kewalahan. Lalu ia menawarkan 3 opsi untuk Jordan:
  1. Rematch melawan Guerrero
  2. Menantang Juara WBC Oscar Larios
  3. Menantang Juara WBA Chris John
Jangan kaget dulu melihat opsi ketiga. Mau tahu yang mana pilihan Daud? Opsi ke-3 hahaha nah silahkan deh kalau mau kaget. Tapi untungnya permintaan ini ditolak oleh Sampson Lewkowicz yang bertugas sebagai match maker atau penata tanding. Yup sorry boy, jadwal tanding Chris John sudah penuh. Maka Daud Jordan pun memilih opsi kedua.

Oh begitu cepatkah? Saya pikir memang begitu, untuk mengalahkan juara WBC, petinju yang konon kabarnya memiliki Killing Punch ini tentu harus berusaha mati2an, salah langkah sedikit saja tentu saja bisa pecah telur hehe maksud saya rekor tak tekalahkannya bisa terpecahkan. Apalagi Daud Jordan dinilai kurang lincah dalam berkelit dan menggerakkan kepalanya, ancaman terkena lucky blow selalu terbuka lebar.

Tapi yang saya pertanyakan, kenapa ya calon petinju masa depan Indonesia seperti Daud Jordan ini selalu tenggelam beritanya di negara kita? Saya pun nyaris tidak pernah mengenalnya. Pertandingan kemarin di Amerika ketika melawan Guerrero? Tidak satupun stasiun TV lokal yang menayangkannya. Oh, betapa kita tidak menghargai atlet berbakat yang kelak akan menjadi aset bangsa yang sangat berharga untuk mengharumkan nama Indonesia.

Thursday, March 12, 2009

My Most Favourite Mocca Song

Dari sekian banyak lagu mocca yang bagus2, kayaknya lagu ini deh yang imo paling ayik... Liriknya sangat menggetarkan hati (ceile). Dengan alunan musik yang mendayu2 dan suara Arina yang renyah, lagu ini menjadi begitu, sempurna. Just Listen, guys...

Lucky Man - Mocca


some people say you're a lucky man
to win the first prize lottery
some people say you're a lucky man
to have a high-flying bright career

but i know they're wrong
and i'm sure they're wrong

some people say you're a lucky man
to have a lot of friends out there
some people say you're a lucky man
to have doors open everywhere

but i know they're wrong
you're a very lucky man
to know such a girl like her

Thursday, March 5, 2009

Slumdog Millionaire

Rating:★★★★
Category:Movies
Genre: Action & Adventure
Directed by : Danny Boyle & Loveleen Tandan

Danny Boyle, perkenalan pertama saya dengannya adalah ketika saya menyaksikan film Million, sebuah film anak yang sarat berisikan pesan moral yang juga layak disaksikan oleh orang dewasa (in fact I think the story is too heavy for children ^_^). Film Boyle kedua yang saya tonton adalah Shallow Grave, sebuah suspense yang apik dan mengundang rasa penasaran.

Dan, kini Boyle berhasil mendapatkan Oscar pertamanya lewat Slumdog Millionaire. Tak tanggung2, film yang disutradarainya kali ini menyabet 8 piala Oscar sekaligus, termasuk Best Picture. Danny Boyle pun bagaikan mendapatkan durian runtuh. Ketika pertama kali saya menyaksikan hasil karyanya, saya tak mengenal siapa dia. Tapi kini, siapa yang tidak kenal Danny Boyle?

Slumdog Millionaire berkisah tentang pemuda India bernama Jamal Malik yang berkesempatan untuk memenangkan 20 juta Rupees di sebuah quiz show kenamaan yang ditayangkan di TV. Dengan latar belakang Jamal yang hanya bekerja sebagai office boy di sebuah perusahaan telepon, ia pun dicurigai dan kemudian diinterogasi karena berhasil menjawab semua pertanyaan sulit yang diajukan di kuis TV tersebut.

Maka alur cerita maju dan mundur pun berjalan beriringan. Flashback pengalaman hidup Jamal bersama kakaknya, Salim dan cinta monyetnya, Latika, mulai dari masa kanak2 hingga akhirnya tumbuh menjadi pemuda belia dan kemudian berhasil mengikuti Who Wants to be a Millionaire disajikan bergantian untuk menjelaskan tentang bagaimana Jamal bisa menjawab semua pertanyaan di kuis tersebut.

Ide cerita tentang Jamal yang mengikuti kuis TV dan kemudian diinterogasi dan disiksa karena dicurigai melakukan kecurangan, menurut saya agak mengada2. Jamal mengikuti Who Wants to be a Millionaire, for God’s sake, bukan bermain judi di Las Vegas seperti yang dilakukan oleh anak2 Harvard di film 21. Jadi kenapa juga Jamal harus diinterogasi? Aneh bukan?

Tapi diluar keanehan itu, cerita dalam film ini sangat menarik untuk diikuti, terutama cerita flshback yang menceritakan kehidupan kanak2 Jamal dan Salim. Bagaimana mereka berusaha untuk bertahan hidup di negara miskin sebagai berandalan cilik memang sangat apik dicaptured oleh Boyle dan diejawantahkan ke dalam pita seluloid.

Lihatlah sinematografinya, ah indah sekali kawan, dengan nuansa kuning yang dominan makin menambah kesan sulitnya hidup bocah2 itu sebagai warga negara kelas 2 di negara dunia ketiga. Salut buat Boyle yang berhasil mengksplor kehidupan dan kebudayaan di India dengan sangat baik. Dentuman music scorenya pun tak luput dalam membantu menaikkan mood dalam menikmati film ini

Masih kurang? Cobalah tengok akting Jamal dan Salim kecil. Salut sekali lagi buat Danny Boyle yang sukses mengarahkan bocah2 India itu untuk berakting dengan sangat menjiwai masing2 perannya dengan segala kepolosan yang mereka miliki. Tentu saja itu tak lepas dari jerih payah co-directornya yang berasal dari India, Loveleen Tandan.

Satu hal yang juga saya sukai dalam film ini adalah ceritanya yang tidak terlalu berat sehingga saya sangat enjoy dalam mengapresisasi Slumdog Millionaire. Beberapa adegan yang jenaka yang disisipkan pada awal cerita juga sangat menghibur. Lucunya film ini masih lebih ringan jika dibandingkan film Boyle yang saya sebut di awal, Million, yang merupakan film anak.

Dengan kualitas seperti ini, saya rasa memang tidak berlebihan jika Slumdog meraih Oscar untuk kategori film terbaik tahun ini. Oh ya, jangan lupa untuk menyaksikan credit titlenya ya, Boyle tak lupa menambahkan sesuatu yang merupakan ikon film Bollywood hahaha dan saya pun terpingkal2 dibuatnya.