Friday, May 10, 2013

Setelah membaca MADRE

Buku Madre karangan Dewi Lestari sudah terbit dari tahun 2011, tapi baru kemarin saya membeli dan selesai membacanya. Dan sesuai harapan saya, ceritanya memang sangat menarik dan bikin penasaran. Setelah membaca Madre, saya jadi sangat respek dan lebih dapat menghargai roti jadul atau mungkin lebih tepat dikatakan klasik seperti roti Tan Ek Tjoan. Tapi apakah roti Tan Ek Tjoan itu masih ada ya sekarang? Kalau pun masih ada pasti sudah sangat langka sekali dan sulit didapat.

Hm, karena penasaran, langsung saya browsing untuk mencari jejak Roti Tan Ek Tjoan ini, dan astaga, ternyata mereka masih ada. Hebat. Liputan tentang roti legendaris di Indonesia tersebut bisa dibaca di sini dan di sini. Dan menurut The Jakarta Globe, Tan Ek Tjoan masih mempertahankan tradisi roti mereka, dengan adonan yang terasa kasar dan agak keras jika digigit. Hm, saya jadi membayangkan roti kacang & kacang coklat kesukaaan saya ketika kecil dulu.

Yang menarik dalam buku Madre, di sana disebutkan bahwa salah seorang tokoh mempunyai toko roti di bogor yang bernama Bogor Bakery. Ah, tentu saja pikiran saya melayang ke toko kue Bogor Permai. Ya, di sana rotinya memang masih terasa klasik sekali, agak keras tapi renyah, ciri khas roti jadul deh pokoknya. Rasanya nikmat sekali, favorit saya adalah roti susu, dahulu jika kami mengunjungi saudara di Bogor pasti takkan lupa menyempatkan diri untuk berbelanja roti dan kue di situ.

Tapi sekarang, apakah toko roti Bogor Permai masih seperti yang dulu? Ah ternyata tidak, terakhir saya ke sana, adonan rotinya sudah berubah total, menjadi lembut seperti kebanyakan roti modern lainnya. Memang dilema juga sih, disaat kita merindukan rasa roti yang klasik, produsen roti harus menghadapi pasar yang terus berkembang.

Lalu muncul pertanyaan, apakah toko roti klasik masih dapat mempertahankan tradisi mereka? Atau harus tergerus perubahan jaman, tutup atau mau tak mau mengubah adonan mereka menjadi lebih modern?