Sunday, July 5, 2009

Grave of the Fireflies

Rating:★★★★
Category:Movies
Genre: Animation
Directed by: Isao Takahata

September 21, 1945.
That was the night I died.

Mengambil seting di Jepang pada penghujung perang dunia kedua, dua orang kakak beradik harus berjuang untuk bertahan dalam kerasnya kehidupan peperangan. Untuk membumihanguskan Kobe, tentara sekutu menjatuhkan lempengan2 berapi dari pesawat tempur mereka. Korban berjatuhan, termasuk seorang anak laki2 bernama Seita dan adik perempuan mungilnya, Setsuko. Dalam 1 hari, mereka kehilangan rumah dan ibu mereka yang meninggal akibat luka bakar. Mereka pun kehilangan kontak dengan sang ayah yang mengabdi menjadi seorang marinir.

Awalnya mereka mengungsi ke rumah tante dari pihak ibu mereka, tapi karena berselisih, akhirnya Seita memutuskan untuk pergi dari situ dan memilih untuk tinggal di dalam bomb shelter yang sudah tidak terpakai. Waktu berlalu, persediaan uang mereka menipis, Setsuko pun terancam malnutrisi, belum lagi karena buruknya sanitasi, penyakit kulit dan diare datang menggerogoti bocah perempuan mungil nan imut tersebut.

Dari awal penonton sudah mengetahui, kalau Seita dan Setsuko gagal untuk bertahan hidup. Maka ceritanya pun menjadi flashback tak berapa lama setelah Seita meninggal dan bergabung dengan Setsuko, mereka menaiki sebuah kereta api dan mengunjungi kehidupan lama mereka, maka kisah mereka pun dimulai. Ceritanya sendiri diangkat dari sebuah novel semi-autobiografi yang ditulis oleh Akiyuki Nosaka yang merasa bersalah akibat kematian adiknya pada perang dunia kedua.

Menyaksikan film ini, penonton bagaikan dibawa menuju kesedihan mendalam yang diakibatkan oleh satu hal, perang. Ya, sampai kapanpun perang tidak akan pernah menyelesaikan masalah, yang ada hanyalah kesedihan dan penderitaan. Maka siapkan tissue yang banyak jika anda memutuskan untuk menonton film ini. Tidak percaya? Tengok saja adegan ketika Seita ketahuan mencuri buah dan sayur, pemilik kebun memukuli dan membawanya ke pos polisi. Seita diseret pergi ke polisi diiringi oleh teriakan lirih dari Setsuko kecil. Perang telah merenggut ibu dari sisinya, dan kini apakah polisi juga harus memisahkan kakak tersayang darinya?

Tapi disitulah memang kelebihan dari film klasik ini, Isao Takahata berhasil menangkap semua emosi dari sang penulis dan menghadirkannya lewat film animasi yang apik ini. Oh ya dalam film ini, Takahata tak hanya menyutradari, tetapi juga menulis skripnya. Mengharukan sekali rasanya melihat betapa sayangnya Seita kepada sang adik. Setsuko, mungil dan kecil yang selalu ada dalam gendongan Seita. Ya, adegan Setsuko saat digendong pada punggung Seita sepertinya menjadi ikon dalam film ini, sebuah kasih sayang tulus dari kakak kepada adiknya.

Sebuah film yang wajib disaksikan, tak hanya tentang perang dan kesedihan, tetapi juga kasih sayang.

2 comments: