Thursday, October 9, 2008

The Spiderwick Chronicles

Rating:★★★★
Category:Movies
Genre: Action & Adventure
Directed by: Mark Waters

Owh… lagi2 saya kembali bertemu dengan makhluk2 gaib yang hanya ada di ranah dongeng ala Lord of the Rings. Kali ini lokasinya sedikit bergeser ke New England, tepatnya di sebuah rumah besar di pedalaman milik Arthur Spiderwick. Karena masalah keluarga, seorang ibu terpaksa mengungsi ke rumah warisan tersebut dengan membawa serta ketiga anaknya, si gadis sulung Mallory, serta si kembar Jared dan Simon.

Jared yang kesal dengan sang ibu, dalam sekejap melupakan perseteruannya ketika tak sengaja menemukan buku kuno yang berisi tentang keberadaan makhluk2 gaib di kediaman mereka yang baru. Tapi hanya dalam sekejap pula, Jared menyadari bahwa buku tersebut menyimpan rahasia yang ingin diketahui Mulgarath, Ogre jahat yang ingin menguasai dunia faerie (sebuatan untuk makhluk2 gaib tersebut). Yang pada akhirnya juga turut mengancam kehidupan manusia.

Maka dengan bantuan brownie lucu bernama Thimbletack dan hobgoblin yang lebih lucu lagi bernama Hogsqueal, petualangan untuk menjauhkan Spiderwick Field Guide dari tangan Mulgarath pun dimulai. Seperti kata Thimbletack, kalau sampai Mulgarath menguasai buku tersebut, i die, you die, we all die, bye bye hehehe… Berkejaran dengan waktu, mampukah mereka mengungguli sang Ogre dan pasukan Goblinnya?

Saya memang belum pernah membaca ber-seri2 novelnya, tapi yang pasti ceritanya sangat menarik. Majalah M2 sempat khawatir kalau film ini akan menjadi seperti Bridge to Terabithia yang overrated. Ah, mereka pasti seperti saya, belum pernah membaca novelnya. Belum lagi screen writernya ternyata berhasil mengadaptasi naskahnya ke layar lebar dengan sangat baik.

Tensi ketegangan yang dibangun dari awal cerita berhasil dipertahankan sehingga membuat filmnya tetap seru diikuti sampai pertarungan terakhir yang ditutup dengan klimaks yang cukup brilian dan tak disangka2. Fiuh, saya sangat enjoy sekali menyaksikan film anak2 yang satu ini. Entahlah, mungkin saya memang masih kekanak2an ya hihihi… Selain cerita yang seru, film ini juga menawarkan komedi yang renyah. Lihat bagaimana thimbletack berubah menjadi boggart hijau pemarah apabila dia merasa tertekan. Lihat pula tingkah konyol Hogsqueal yang sangat terobesi dengan kudapan favoritnya, burung hidup.

Freddie Highmore? Ah sudahlah, kemampuan aktingnya tidak usah diperdepatkan lagi, semenjak membintangi Charlie and the Chocolate Factory, karirrnya memang meningkat pesat. Di film ini dia malah dengan suksesnya memerankan 2 anak kembar yang berbeda sifat, benar2 aktor watak sejati.

Dengan budget cukup besar yang dikucurkan oleh pembuatnya, film ini memang berhasil menjadi film yang menarik untuk disaksikan oleh seluruh anggota keluarga. Ceritanya sendiri cukup simpel untuk dinikmati anak2. Ya itu tadi, semua tak lepas dari keberhasilan dalam mengadaptasi naskahnya. Banyak perubahan yang dibuat dari novelnya, tapi nyatanya tidak mengurangi kenikmatan dalam mengapresiasi filmnya.

Yuk mari, lepaskan sisi kedewasaan anda, munculkan lagi jiwa anak2 dalam diri anda untuk berkenalan dengan para mystical creature yang ada di faerie land.

5 comments:

  1. aku malah agak bingung kenapa film ini tidak masuk bioskop indonesia

    ReplyDelete
  2. aku dibelikan ini kemaren, yang terjemahan :)
    -gak mau baca reviewnya duku-

    ReplyDelete
  3. asiikk saya udah beli dvdnya, tapi blm sempet ditonton...woohoo kayanya rame sih iya

    ReplyDelete
  4. @kreme: loh iya ya? Padahal saya liat trailernya di 21...

    @mave: iya ini filmnya, tapi kebanyakan yang diambil itu dari buku ke-4

    @dalus: ayo, cepetan ditonton, rame banget filmnya :)

    ReplyDelete