Sunday, May 3, 2009

Dari Flu Babi sampai Susu Basi

Sabtu, 2 Mei 2009

Pagi2 baca koran, wah ada berita “bagus” nih. Gara2 orang pada panik dengan flu babi, pasar saham pun bereaksi, spekulan cari tempat yang aman dan menguntungkan. Di mana lagi tempatnya kalau bukan di Indonesia. Bursa Efek Indonesia pun diserbu, alhasil angka psikologis IHSG di 1625 pun berhasil dijebol, indeks meroket hingga mencapai level 1700an.

 

Rupiah pun terkena imbasnya hingga bertengger di posisi 10.600 per US$. Dagelan politik yang marak disajikan belakangan ini ternyata sudah tidak lagi direspon oleh pasar. Bagi yang berencana belanja barang elektronik, siap2 menerima hujan diskon ya.

 

Berita baik ini sebenarnya tidak baik2 amat. Hal ini melambangkan rapuhnya investasi di negara kita. Investasi dari luar memang terlihat besar, tapi tentu saja tidak kokoh karena ini nvestasinya para spekulan, investasi jangka pendek yang dengan mudahnya ditarik kembali oleh para investor asing tersebut.

 

Besar tapi rapuh, begitulah keadaan yang menunjukkan lemahnya sektor riil di Indonesia. Sepertinya pemerintah harus bekerja keras agar menarik para investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia, bukan sekedar investasi yang sifatnya semu belaka, tetapi investasi jangka panjang yang bisa mendongkrak sektor riil tentunya.

 

Buka2 halaman berikutnya… Duh, baru juga mendapat berita yang agak baik, eh tahu2 sudah disodorkan lagi dengan berita buruk nan amat menyedihkan. Di Jawa Barat peternak sapi perah membuang 25 ton susu hasil produksi mereka ke sawah. Susu yang mereka produksi tidak berhasil terserap oleh industri pengolahan susu.

 

Lantas apa sebabnya produksi susu dalam negeri tidak berhasil diserap pasar? Usut punya usut ternyata sala satu penyebabnya adalah membanjirnya pasokan susu dari luar negeri. Harganya murah pula, kenapa? Susu impor itu juga tak terserap akibat krisis global, maka dibuanglah susu tersebut ke Indonesia dengan harga murah. Belum lagi dengan adanya kebijakan pemerintah yang membebaskan bea masuk impor susu… Duh ironis sekali bukan?

 

Orang2 membuang susu ke negara kita.

 

Akibatnya…

 

Peternak lokal membuang susu mereka ke sawah.

 

Alamak… miris sekali, miris sekali. Memang sih, saya yang tidak begitu doyan minum susu ini merasa sayang juga mendengar susu sebanyak itu dibuang ke sawah, tetapi saya lebih kasihan lagi terhadap peternak yang hidupnya pas2an. Walaupun sudah bekerja keras banting tulang, tetap saja jerih payah mereka itu tidak pernah dihargai di negeri ini.

3 comments:

  1. makan nasi rasa susu...hiks hiks

    ReplyDelete
  2. hah? 25 ton? gilaaaa...banyak banget yang mesti dibuang...sayang juga yaa...

    ReplyDelete
  3. @yoyok: beras berkalsium tinggi :)

    @ami: beneran, saya baca di kompas..

    ReplyDelete