Monday, June 22, 2009

Lady in The Water

Rating:★★★
Category:Movies
Genre: Mystery & Suspense
Directed by: M Night Shyamalan

Minimalis ala Shyamalan?

Berkisah tentang Cleveland Heep, seorang manager / pengurus sebuah flat kelas menengah, yang tiba2 kedatangan tamu aneh dari dalam kolam renang, seorang wanita muda yang bernama Story. Ia mengaku sebagai seorang Narf yang datang dari Blue World dan bertugas untuk menyadarkan umat manusia agar terselamatkan dari kehancuran. Maka dengan bantuan para penghuni flat, Mr. Heep pun berusaha menemukan “orang terpilih” yang diramalkan tinggal di flat tersebut dan dipercaya bisa menyelamatkan umat manusia.

Tak hanya sampai di situ, masalah baru timbul saat Story harus pulang ke alamnya nun jaun di Blue World. Sesosok monster yang selalu mengintainya, tak segan menghabisi nyawa Story bila ia menginjakkan kaki di tempat terbuka. Berpacu dengan waktu, sekali lagi Mr. Heep dibantu oleh seluruh penghuni flat berusaha untuk menyelamatkan Story dari bahaya yang menghadang.

Entah sudah berapa banyak kritikus film maupun moviegoers yang membantai film ini. Dongeng (dalam arti sebenarnya ^_^) yang ditampilkan Shyamalan kali ini memang bisa dibilang sangat kekanak2an dan sulit diterima oleh akal sehat. Oke saya tahu, semua cerita fantasi memang tak mungkin bisa diterima oleh akal sehat, tetapi dalam film ini sang sutradara yang merangkap sebagai penulis ceritanya seperti kelihatan kurang memberikan effort yang cukup untuk mengajak penonton mempercayai dongeng yang ia tuturkan.

Lalu bagaimana visual fx yang diusung oleh Industrial Light & Magic? Begitu teramat sederhana kalau tidak bisa dibilang ala kadarnya. Tadinya saya berpikir, oh ini mungkin konsep minimalis yang ditawarkan oleh Shyamalan. Tapi begitu mengetahui biaya produksinya yang mencapai US$ 70juta, saya jadi berpikir lagi, apakah bisa budget sebesar itu dibilang minimalis ya? Hihihihi…

Tapi… ya…. Entahlah mengapa… Sepertinya saya kena pelet maut ajian dari Shyamalan. Betapapun hancurnya karya2 beliau, saya selalu dapat menikmatinya. Beberapa adegan konyol di film ini justru membuat saya terbahak2 dan terhibur, contohnya saat Mr. Heep terbirit2 karena dikejar oleh si monster. Walaupun alur ceritanya tak seseru The Village (karya Shyamalan sebelumnya, yang juga dibantai oleh kritikus), tapi dongengnya kali ini pun tetap membuat saya penasaran untuk mengikuti filmnya hingga akhir cerita.

Oh ya, twist ending yang saya tunggu2 seperti yang kerap terjadi di film2nya Shyamalan, kali ini tidak terjadi. Memang ada sedikit twist, tetapi tidak terlalu signifikan. Tetapi harus saya akui, ada 1 aspek dari film ini yang benar2 layak mendapatkan pujian dua jempol, karena musik score yang disajikan dalam film ini memang sangat brilian dan benar2 mambantu meningkatkan mood dalam menyaksikan filmnya.

Ah ya… saya sudah tak sabar menyaksikan karya sang maestro berikutnya… The Happening… Ready or not… Here I come ^_^

No comments:

Post a Comment