“Mbak, ini ada sekedar oleh2 dari kami, seperti biasa mbak, kerupuk
Mirna tersenyum, lalu sesaat dia tertegun menatap sendu bungkusan plastik itu, isinya padat dengan kerupuk asli
“Loh, kenapa mbak?”
“Oh maaf… maaf… terima kasih banyak atas pemberian kerupuk Palembangnya… Hanya saja, paman saya yang sangat suka dengan makanan ini, baru saja meninggal kemarin… Saya jadi teringat beliau”
“Ya ampun mbak, kami semua turut berduka cita yaaa…”
Suasana kantor yang tadinya penuh keceriaan menjadi sedikit berubah menjadi suasana duka saat rekan2 Mirna satu persatu menghaturkan ucapan turut berbela sungkawa.
Saat akhirnya kerupuk itu tiba di rumah, si anak bungsu pun ternyata tak kuasa untuk menitikkan air mata saat melihat penganan pemberian sepupunya itu telah ditaruh dalam wadah plastik kedap udara. Selama ini dia memang jarang mencicipi, karena tahu kalau kerupuk itu adalah makanan kesukaan ayahnya.
“Biarlah kali ini giliran aku yang mencicipi…” pikirnya.
Ah, lezat sekali, terasa benar ikannya. Gigitan demi gigitan tak hanya menimbulkan suara kriuk yang renyah, tapi juga membangkitkan serpihan kenangan yang dahulu pernah hadir dalam setiap bungkus kerupuk yang pernah dikirim ke rumah ini. Menghadirkan sebuah cerita, yang takkan dilupakan bagi mereka yang pernah berkumpul bersama.
Sebuah cerita tentang si kerupuk
*terimakasih banyak untuk seorang sepupu, cerita yang terlalu simpel ini saya dedikasikan untukmu. You are not just a mere cousin to me, you are the best friend I have ever had.
PS: Saya hanya mendengar garis besarnya saja, mohon maaf kalau saya mendramatisir terlalu banyak
kriuk!
ReplyDeletekerupuk keong di rumah juga udah direfill
ReplyDeletekriuk lagi! :)
ReplyDeletekriuk lagi! :)
ReplyDeletedouble post bu... saya delete saja ya
ReplyDeleteKrupuk palembang...?? Hem,kyknya enag tuwh..:-P
ReplyDeleteiya emang enak... apalagi krupuk kemplang, dicocol sama sambelnya... mak nyus!!!
ReplyDelete