Friday, July 25, 2008

Thumbsucker

Rating:★★★
Category:Movies
Genre: Drama
Directed by: Mike Mills

Film produksi Sony Pictures Classics ini sebenarnya merupakan film keluaran tahun 2005 yang dirilis terbatas di bioskop Amerika, tapi kebetulan saya baru mengetahui tentang film ini dari majalah film yang biasa saya beli. Kebetulannya lagi, dvdnya juga beredar banyak di pasaran, dengan sistem penjualan royalti putus, alhasil dvdnya pun nangkring di rak2 toko dengan bandrol yang sangat terjangkau, 15.900 sekeping (dengan casing). Thumbsucker jelas film festival, hal ini dapat dilihat dari cover depan dvdnya yang penuh dengan simbol penghargaan dan nominasi yang diperoleh dari beberapa jenis festival film.

Ceritanya berkisah tentang anak sulung keluarga Cobb yang bernama Justin (Lou Taylor Pucci). Di usianya yang menginjak 17 tahun, Justin masih kesulitan menghilangkan kebiasaannya menghisap jempol. Hal ini tak hanya mengganggu kehidupannya sendiri dan tapi juga mencemaskan sang ayah (Vincent D’Onofrio) , seorang mantan pemain football perfeksionis yang berhenti karena cedera lutut dan kini menjadi seorang pekerja kantoran. Ibunya (Tilda Swinton) adalah seorang suster yang terobsesi dengan seorang aktor sinetron. Salah satu cara yang ditempuh untuk menghilangkan kebiasaan menghisap jempolnya adalah dengan diterapi secara hipnosis oleh dokter giginya (Keanu Reeves).

Justin juga mengalami masalah dengan klub debat yang diikutinya. Dalam bimbingan Mr. Geary (Vince Vaughn), Justin selalu gagal untuk fokus dan berkonsentrasi bila harus maju mempresentasikan tulisannya. Sampai akhirnya ia didiagnosa ADHD (Attention-Deficit Hiperactivity Disorder) dan diberi Ritalin sebagai obatnya, yang ternyata manjur dan membuatnya fokus, konsentrasi, dan percaya diri untuk membawa Justin ke pertandingan debat tingkat nasional. Sampai akhirnya ia mendapat informasi bahwa Ritalin itu tidak beda jauh dengan kokain dan memutuskan untuk berhenti mengkonsumsinya.

Thumbsucker adalah film yang menurut saya agak sulit untuk dibuatkan sinopsisnya. Ceritanya tentang seorang anak remaja yang memiliki berbagai macam masalah khusus dalam mengejar cita2nya. Tapi di luar itu, kisah sub-plotnya mengenai seputar permasalahan keluarga juga cukup banyak dan menarik untuk diikuti. Memang masalah yang diangkat di sini tidak seberat di American Beauty, jadi kita bisa agak santai mengikutinya tanpa harus me’nyureng’kan jidat untuk mengikuti kisah yang cukup mencerahkan ini.

Saya tidak mengenal siapa itu Lou Taylor Pucci, tapi aktingnya di sini patut diberi acungan jempol, apalagi wajah Lou yang nerdy juga mendukung peran Justin. Begitu pula Tilda Swinton dengan peran susternya yang sangat keibuan. Kekurangan film ini mungkin sama seperti tokoh Justin, tidak fokus, terlalu banyak yang ingin dikisahkan dalam durasi 1,5 jam. Lihat saja betapa singkat Justin melepaskan diri dari ritalin, tiap masalah terasa berkejaran diburu waktu 90 menit. Tapi secara keseluruhan, film ini memang menarik untuk disaksikan, ah film2 festival seperti ini memang nyaman untuk diikuti.

Tiap remaja memang tak luput dari masalah, tapi semuanya berpulang pada pribadi masing2, tentu saja dukungan dari keluarga dan lingkungan juga sangat berperan dalam membentuk kepribadian dan keberhasilan sang anak.

No comments:

Post a Comment