Saturday, December 15, 2007

Impian Cinderella

Cinderella, sepatu kaca, pangeran tampan yang baik hati.

Gadis itu tersenyum, bermimpi bahwa suatu saat akan ada pangeran yang menjemput dan membawanya ke singgasana di istananya yang megah dan nyaman. Dengan dayang2 yang sigap membantu dan melayani. Dengan sang Pangeran yang selalu ada di sampingnya, gadis itu akan hidup aman, damai, tentram dan bahagia sampai akhir hayatnya. Suatu impian yang selalu ditutup oleh kata2...

And live happily ever after.

Lalu aku datang. Masuk ke dalam hidupmu. Membangunkanmu dari mimpi indahmu. Terbangun dari semua yang kau harap indah. Aku bukanlah Prince Charming yang bersinar di kala pagi, bercahaya di kala senja. Aku bukanlah Pangeran tampan berkuda putih yang menghangatkan di kala hujan dan menyejukkan di kala panas. Aku bukan ksatria pemberani yang berperisai kokoh, berzirah logam dan bersenjatakan pedang berkilau. Bukan, aku bukanlah ksatria itu, yang dengan gagah berani berkelana jauh ke ngarai yang curam dan menghujamkan mata pedangnya ke tenggorokan naga yang bernafaskan api panas.

Aku mungkin hanya si bungkuk dari Noterdam yang putus asa mencintai gadis cantik pujaannya. Aku mungkin hanya Ogre yang menyeramkan, seperti makhluk hijau yang tak tau diri mencintai Princess Fiona. Aku, seorang anak kecil yang dulu terpesona oleh keelokan parasmu, kebaikan hatimu, dan kesetiaanmu menemaniku. Yang jelas aku hanyalah rakyat jelata yang hanya bisa berusaha keras untuk membahagiakanmu. Yang kadang tidak berhasil dan hanya membuat menangis dalam kecewa.

Maafkan aku putriku, aku datang mengganggu dan membuyarkan semua mimpi indahmu. Aku yang tak berdaya untuk membahagiakanmu ini, akan terus berusaha untuk setidaknya bisa membuatmu tersenyum dan tertawa walaupun hanya dalam kegetiran yang menyekat. Sampai kau merasa nyaman di rumah gubukku. Sampai kau bisa menganggapku sebagai selayaknya rumah, tempat kau bisa kembali, setiap saat. Entah kapan, mungkin...

Suatu saat nanti.

No comments:

Post a Comment