Thursday, December 27, 2007

Pak Memet

Pak Memet menghela nafas panjang. Dunia serasa runtuh saat ia dipindahkan ke bidang tugas yang baru. Ah, pikirnya, salah apa saya sehingga mendapat cobaan ini. Matanya panas, emosi bercampur dengan kekecewaan. Tugas yang baru ini adalah tugas buangan. Hanya untuk orang2 yang tidak dibutuhkan, singkatnya memang tidak ada yang bisa dikerjakan alias nganggur. Pengangguran dengan slip gaji rutin setiap bulan. Kadang bagi yang pernah merasakan hal ini, mungkin akan berpikir sebaliknya, wah sepertinya enak sekali. Tapi bagi mereka yang biasa bekerja dengan keras setiap hari, hal ini akan teraa seperti neraka, begitu menyiksa bagaikan menjadi pengangguran yang sebenarnya.

 

Kalau saja masih muda, tentu akan mudah untuk membuat keputusan untuk  hengkang dari kantor yang sekarang ini. Tapi usia telah bergulir terlalu jauh, tak mudah lagi untuk membuat keputusan seperti itu. Dalam galau ia pulang ke rumahnya, sedikit kehangatan dari keluarga pasti akan sedikit pula memeberi ia ruang untuk melupakan kekecewaan dan kesedihannya. Diceritakan kepada istrinya perihal duka dan lara hatinya. Sang istri hanya tersenyum, dengan lembut ia berkata, “ Kenapa sedih pak? Walaupun kau merasa kecewa sedalam2nya, toh kau masih tetap memiliki pekerjaan dan rezeki setiap bulannya. Apakah kau sudah lupa caranya bersyukur? Ingat aku di sini menerimamu apa adanya.. Apakah selama ini aku pernah menuntut macam2? Bersyukurlah dengan apa yang selama ini kita dapat, aku akan terus di sini, mendampingimu.”

 

Dilihat anakanya yang paling besar, yang baru saja mendapat pekerjaan di sebuah perusahaan kecil. Dia tersenyum, pikirannya melintasi puluhan tahun waktu yang telah berlalu, ia ingat ketika dulu masih muda dan hijau, dengan semangat menderu untuk belajar dan bekerja. Yah, masanya memang  telah lewat, benar kata istrinya, apapun yang terjadi, ia memang harus bersyukur dengan apa yang telah didapatnya selama ini. Sedikit beban mulai terangkat dari pundaknya.

 

Lalu hari demi hari berjalan, ia pun berusaha untuk menyengangi kehidupannya yang sekarang terasa sangat membosankan. Tak ada yang dapat dikerjakan, seluruh kemampuan dan potensi yang mengalir deras dalam dirinya, praktis mati seiring dengan perubahan tugas dan tanggung jawabnya. Dia menyadari siklus seperti ini tidak sehat dan malah menyedot seluruh energi kehidupannya. Tapi tidak ada yang dapat diperbuatnya selain berusaha mensyukuri dan terus berdoa kepada Yang Maha Kuasa. Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bahkan bulan pun berganti tahun, tetapi tetap belum ada perubahan dalam hidupnya. Dia meringis getir, mencoba bertahan dari galau hati yang tak kenal ampun mendera bagi badai pasir di gurun sahara.

 

Tapi.

 

Itu dua tahun yang lalu. Sekarang dia telah dipindahkan ke bidang pekerjaan yang membuatnya sangat sibuk. Yah roda memang selalu berputar. Dia bahagia, doanya yang tiap malam dipanjatkan akhirnya membuahkan hasil juga. Hari2 tanpa kesibbukan telah berhasil dilewatinya dengan tabah. Selamat datang hari2 penuh kesibukan, di hadapannya sampai jauh ke depan. Pak Memet telah kembali, yah, kembali dari pertapaan panjangnya. Dengan semangat penuh yang meluap2.

 

Lalu pintu itu terbuka, dia masuk untuk membahas pekerjaan rutin saat akhir tahun tiba. Aku tersenyum, semangatnya mengalir deras, akupun bisa merasakannya dari sini. Yah, auranya terasa sangat kuat, dan menebar ke segala penjuru. Oops pekerjaanku sendiri juga telah menumpuk, turut mengajakku untuk tenggelam… Dalam kesibukan yang ternyata begitu indah, menyenangkan dan menyegarkan. Selamat pagi semuanya…!!!

No comments:

Post a Comment